Bias Kognitif
13/11/2014 11:41Cognitive Bias - Prasangka Dalam Pemaknaan
Cognitive Bias (CB) adalah pola penyimpangan dalam penilaian atas pengalaman. Manusia membuat 'realita subyektif' dalam kepalanya berdasarkan persepsi atau pemaknaan yang bias atau menyimpang. Realita subyektif inilah yang menjadi landasan atau dasar baginya untuk memaknai suatu hal dan mendasari tindakan atau kebiasaannya berkaitan dengan hal tsb. Jadi CB bisa membawa kepada penyimpangan persepsi, penilaian yang salah, pemaknaan yang tidak logis atau irasional.
Ada ratusan macam CB yang diidentifikasi sejauh ini. Sebab umum dari CB adalah (1) jalan pintas otak dalam memproses informasi (heuristik) (2) ketidakjernihan mental (3) kapasitas otak yang terbatas dalam memproses informasi (4) motivasi emosional dan moral serta (5) pengaruh sosial dan lingkungan.
CB berpengaruh pada kehidupan individu, yang membuat banyak masalah yang tidak disadari, termasuk menjadi penyebab kegelisahan, depresi, dan kecanduan, sampai pada kesalahan pengambilan keputusan publik dan bisnis.
Dalam sistem juri di pengadilan misalnya, para juri diminta untuk mengabaikan hal-hal tidak berhubungan dalam menilai suatu kasus, menekankan pada hal-hal yang relevan, memikirkan kemungkinan yang berbeda-beda dengan pikiran terbuka dan menghindari kekeliruan CB seperti ketertarikan-pada-emosi (appeal to emotion). Dengan banyaknya daftar CB yang ditemukan dalam ilmu psikologi, memperlihatkan betapa besarnya kecenderungan manusia dalam berpikir secara CB.
CB juga berkaitan dengan paradigma sosial dan masyarakat, yang menghalangi kemajuan dalam masyarakat.
Jenis-jenis CB ditetapkan atas CB yang berkaitan dg (1) pembuatan keputusan, kepercayaan, dan kebiasaan (2) sosial (3) memori atau ingatan.
Teknik-teknik untuk mengurangi CB sudah dikembangkan seperti Terapi Modifikasi CB (Cognitive Bias Modification Therapy / CBMT). Teknik CBMT merupakan terapi yang didukung oleh teknologi yang dapat dilakukan lewat komputer dengan atau tanpa bantuan staf klinis.
---
CB 1 : Fundamental Attribution Error (FAE, Kekeliruan Menarik-Hubungan yg Mendasar) : kecenderungan untuk menitikberatkan pada faktor internal seseorang dalam melihat suatu kejadian ketimbang memperhitungkan faktor-faktor eksternal.
Misalnya: Kita marah karena seseorang menginjak kaki kita dengan asumsi bahwa seseorang itu memang perangainya kasar (faktor internal). Padahal itu terjadi karena dia tidak sengaja dan disebabkan oleh karena ia tergesa-gesa atau didorong dalam kerumunan (faktor eksternal).
Sebab dari FAE antara lain:
(1) fenomena-dunia semata, yaitu kepercayaan bahwa orang itu patut mendapatkan apa yang pantas diterimanya dan pantas mendapat apa yang didapatnya. Menyalahkan orang atas kejadian memuaskan diri kita untuk mempercayai bahwa dunia ini adil dan bahwa kita memiliki kontrol atas kehidupan, mengurangi rasa terancam, memberi rasa aman, dan membantu memaknai keadaan yang sulit dan tidak sesuai harapan, serta memberikan kenyamanan dan kebaikan psikologis. Sayangnya, pandangan ini juga membuat orang cenderung bersikap menyalahkan para korban kemalangan, misalnya dengan mengaitkan kejadian tsb dengan kesalahan dimasa lalu, karma, cewek yang diperkosa krn mengenakan rok mini, dsb untuk menjustifikasi kejadian buruk yang menimpa korban tsb.
(2) Titik-berat pada si pelaku. Kita cenderung untuk terpaku pada hal-hal yang menarik perhatian kita saja. Saat kita mengamati orang lain, orang itu menjadi titik perhatian utama sedangkan situasi di sekitarnya terabaikan seolah-olah itu tidak lebih hanya sebagai latar belakang belaka. Dengan demikian, dalam mengamati perilaku orang lain, kita lebih cenderung berfokus pada orangnya , bukan pada dorongan-dorongan situasional yang terjadi pada orang itu. ( Sebaliknya, di waktu kita mengamati diri kita sendiri, kita cenderung lebih sadar atas adanya dorongan-dorongan situasional yang terjadi pada kita. Jadi ada diskriminasi dalam memandang ke dalam diri dengan keluar diri. Diskriminasi ini disebut bias pelaku-dan-yang-diamati. )
(3) Kurangnya upaya perbaikan diri. Terkadang, meskipun kita sudah tahu bahwa perilaku seseorang dibentuk oleh faktor-faktor situasional, kita masih tetap melakukan FAE . Hal ini disebabkan karena kita tidak secara otomatis memperhatikan informasi perilaku dan situasional secara bersamaan untuk menilai si pelaku. Dengan kata lain, kita secara otomatis menekankan pada aspek perilaku si pelaku (ketimbang melihat keadaan situasional). Kita harus melakukan upaya sadar untuk bisa melihat faktor keadaan situasional. Itu sebabnya orang cenderung melakukan FAE secara otomatis di saat berada di bawah tekanan kognitif. Ketika orang sedang bete atau malas berpikir untuk memproses informasi situasional, maka cenderung untuk bertindak secara otomatis berdasarkan kebiasaan.
(4) Budaya. Latar belakang budaya seseorang juga berpengaruh dalam meningkatkan atau menurunkan tingkat kesalahan FAE pada seseorang. Misalnya, budaya individualisme dalam budaya Barat menyebabkan orang-orang Barat cenderung menekankan pada individunya ketimbang pada faktor-faktor situasional, yang membuat orang Barat cenderung lebih sering melakukan FAE, dibandingkan dengan orang-orang dari budaya non -Barat , yang cenderung menekankan penilaian berdasarkan konteks dan faktor situasional yang ada.
———
Back